Perang Baratayudha (cerita wayang)
Berdasarkan sejarah Perang Baratayudha, perang ini sering disebut sebagai gambaran perang kejahatan melawan kebaikan. Perang Baratayudha merupakan perang persaudaraan, di mana Pandawa melawan sepupunya yaitu Kurawa.
(Dikutip dari Buku Borobudur Bukan Candi)
Awalnya pihak Kurawa ingin menguasai tahta Hastinapura secara penuh dengan melakukan berbagai cara dan usaha, puncaknya terjadi perang Baratayudha di padang Kurusetra yang berlangsung selama 18 hari lamanya.
Kisah cerita perang Baratayudha berawal perselisihan Pandawa melawan sepupunya yaitu Kurawa. Baratayudha adalah istilah yang mengenai perang besar yang terjadi di Kurusetra antara keluarga Pandawa melawan keluarga Kurawa.
Perang Batarayudha merupakan klimaks dari kisah Mahabarata sebab adanya perselisihan Pandawa yang dipimpin oleh Puntadewa atau Yudistira dengan Kurawa yang dipimpin Duryudana.
Bibit perselisihan antara Pandawa dan Kurawa sudah ada sejak orang tua mereka masih sama-sama muda. Suatu ketika, Pandu yang merupakan ayah para Pandawa membawa pulang tiga orang putri yang berasal dari tiga negara yakni Dewi Kunti, Dewi Gendari dan Dewi Madrim.
Salah satu dari ketiga putri tersebut dipersembahkan pada kakaknya yang buta, bernama Destarasta, dan Destarasta memilih putri Dewi Gendari karena yakin bahwa putri tersebut bisa memiliki banyak anak.
Pernyataan Destarasta tentu saja membuat Dewi Gendari merasa sakit hati, kemudian Dewi Gendari bersumpah bahwa keturunannya kelak akan menjadi musuh bebuyutan anak-anak Pandu.
Dewi Gendari isteri Destarasta berputra 100 anak,
Dewi Kunti isteri Pandu berputra 3 anak, dan
Dewi Madrim isteri kedua Pandu berputra 2 anak kemudian meninggal
dan kedua anak Dewi Madrim di asuh oleh Dewi Kunti.
Ketika Pandu Meninggal, anak-anaknya selalu menjadi incaran sepupunya yaitu para Kurawa. Mulai dari usaha pembunuhan di istana yang terbakar hingga perebutan kerajaan Amarta melalui permainan dadu.
Kekalahan Pandawa dalam perjudian itu membuat mereka harus menjalani hukuman pengasingan di Hutan Kamiyaka selama 12 tahun. Namun, setelah masa hukuman selesai para Kurawa menolak mengembalikan hak-hak dari para Pandawa.
Sebenarnya, Yudhistira atau Puntadewa sebagai kakak tertua Pandawa hanya meminta 5 desa saja yang dikembalikan ke Pandawa, tidak utuh satu Amarta. Tapi Kurawa tidak sudi memberikan satu jengkal tanah pun ke Pandawa.
Akhirnya, keputusan diambil lewat perang Baratayuda yang tidak dapat dihindari lagi. Perang Baratayudha terjadi begitu saja hingga banyak kesatria yang gugur di medan perang dataran Kurusetra.
Di akhir perang, hanya ada sepuluh kesatria yang berhasil bertahan hidup. Kesatria tersebut yaitu lima Pandawa (Puntadewa, Bratasena, Harjuna, Nakula, dan Sadewa) Yuyutsu, Kripa, Setyaki, Kartamarma dan Aswatama.
Dalam perang Baratayudha ini dimenangkan oleh kubu Pandawa meskipun banyak kesatria yang gugur di medan perang. Setelah perang usai, Yudhistira pada akhirnya dinobatkan menjadi raja Hastinapura.
Peran dalam perang baratayuda ini kubu kurawa adalah Patih Sangkuni dan Begawan Durna, sedangkan kubu pandawa Prabu Kresna.
Kisah perang Baratayudha sebenarnya memiliki cerita yang sangat panjang, dan penjelasan singkat tersebut sudah menggambarkan awal dan akhir perang Baratayudha secara keseluruhan.